Erikson mengelompokkan tahapan kehidupan ke dalam 8
fase yang merentang sejak kelahiran hingga kematian :
![]() |
Sumber : http://www.slideshare.net/Astraea_Ikaros/sosiologi-dan-politik |
TAHAPAN PERKEMBANGAN
|
USIA
|
HASIL PERKEMBANGAN
|
KARAKTERISTIK
|
Tahap Bayi (Infancy)
|
Sejak lahir – 18 bulan
|
Percaya vs Tidak Percaya
|
- Mengalami tahapan sensorik oral atau
memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut
- Sepenuhnya mempercayai orang tua atauorang-orang
terdekatnya
- Cenderung menangis jika di dekati
atau di pangku oleh orang asing
- Jika si ibu/ orang terdekat
memberikan perhatian positif & penuh kasih, maka bayi akan menumbuhkan
rasa percaya pada lingkungan, berprasangka baik pada orang lain serta melihat
bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik.
- Jika si ibu/ orang terdekat gagal
mengasuh, maka bayi akan memiliki rasa tidak percaya pada orang lain, selalu
curiga serta akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan
penuh frustrasi
- Tugas orang tua pada fase ini adalah
menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk
tidak percaya
|
Tahap Kanak-Kanak Awal
|
18 Bulan - 3 tahun
|
Otonomi vs Rasa Malu
|
- Mulai mempelajari ketrampilan untuk
diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri.
Tetapi motorik yang lebih halus, seperti : toilet training
- Di sisi lain, bayi telah mulai
memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
- Kemampuan mengendalikan bagian tubuh
berkembang
- Tumbuhnya pemahaman tentang benar
dan salah.
- Mulai belajar untuk berkata tidak
pada sesuatu yang tidak di sukai/ diinginkan
- Apabila dalam menjalin suatu relasi
antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka
dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam
mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan
mengalami sikap malu dan ragu-ragu
- Tugas orang tua dalam mengasuh pada
fase ini adalahtidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula harus
mematikannya. Dengan kata lain, keseimbangan antara kontrol kemandirian dan
rasa malu pada anak. Ada sebuah kalimat yang seringkali menjadi teguran
maupun nasihat bagi orang tua dalam mengasuh anaknya yakni “tegas namun
toleran”. Makna dalam kalimat tersebut ternyata benar adanya, karena dengan
cara ini anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
|
Tahap Usia Bermain
|
3 - 5 tahun
|
Inisiatif vs Rasa Bersalah
|
- Anak biasanya memasukkan gambaran
tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi
bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak
perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan
keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain
peran, dsd
- Satu kata yang sering muncul, yakni
kenapa
- Anak telah memiliki beberapa
kecakapan dan terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan
anak tersebut masih terbatas, adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut
menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak
mau berinisatif atau berbuat
- Belajar punya gagasan (inisiatif)
tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan
- Orang tua dapat mengasuh anaknya
dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan
tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa ini
mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak
kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada puncaknya mereka
seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap
menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan.
|
Tahap Usia Sekolah
|
6 – 12 tahun
|
Industri vs Inferioritas
|
- Paling menonjol dalam hal pertumbuhan
secara fisik
- Keterampilan yang dikembangkan menagarah pada sikap kerja seperti :
ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan serta berada
dalam konteks sosial
- Sekolah dan lingkungan sosial
menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan sikap, sementara orang
tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai otoritas tunggal
- Pada masa ini anak sangat aktif
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini
dapat menyebabkan anak merasa rendah diri
- Area sosialnya bertambah luas dari
lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki
peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi
perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya
- Anak pada usia ini dituntut untuk
dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau
ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu
sikap rajin
- Jika anak tidak dapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil maka mereka cenderung merasa tidak mampu
(inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri
- Tugas orang tua adalah menyeimbankan
antara sikap kerja yang harus di kembangkan pada diri anak dan keasadaran
bahwa ada beberapa hal yang tidak sanggup di lakukan dengan usaha tertentu
dengan jangka waktu tertentu.
|
Tahap Remaja
|
12 - 18 tahun
|
Identitas vs kebingungan peran
|
- Pada fase ini perkembangan bukan
lagi tergantung pada apa yang dilakukan untuk saya, akan tetapi tergantung
pada apa yang saya kerjakan. Karena pada masa ini bukan lagi anak, tetapi
juga belum menjadi dewasa,
- Hidup berubah menjadi sangat
kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam
interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral
- Tugas perkembangan di fase ini
adalah menemukan jati diri sebagai individu yang terpisah dari keularga asal
dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih luas. Bila fase ini tidak
lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan kekacauan peran
- Hal yang perlu dikembangkan di adalah
filosofi kehidupan.
- Di fase ini anak cenderung idealis
dan mengharapkan bebas konflik, yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar
bila di periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman
- Sebagai persiapan ke arah kedewasaan
didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia
berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang
khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak
jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
- Di antara kelompok sebaya mereka
mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran
yang diberikan kepada masing-masing anggota
- Jika pada fase sebelumnya tidak
berlangsung secara baik, maka anak tidak mengetahui dan memahami siapa
dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya atau
bisa di sebut kebingungan peran
- Jika kecenderungan identitas ego
lebih kuat dibandingkan dengan kebingungan peran, maka mereka tidak
menyisakan sedikit ruang toleransi terhadap orang-orang di sekitarnya
- Tugas orang tua adalah mengontrol
siapa saja teman dan memilihkan teman yang bisa membawa anak ke jalan
kehidupan yang benar.
|
Tahap Dewasa Awal
|
18 - 35 tahun
|
Solidaritas vs Is isolasi
|
- Pada fase ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar, mulai selektif dan membina hubungan yang intim hanya dengan
orang-orang tertentu yang sepaham.
- Menjalin hubungan spesial dengan
orang lain dan kerja sama dengan orang lain
- Jika pada fase ini, individu tidak
memiliki kemampuan membangung relasi yang baik, maka individu tersebut yaitu cenderung
mengisolasi/menutup diri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu
dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan
kesepian yang dirasakan.
- Kecenderungan antara keintiman dan
isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif
yaitu cinta, baik wilayah cinta dengan orang tua, tetangga, sahabat dan
lain-lain
|
Tahap Dewasa
|
35 -55 atau 65tahun
|
Generativitas vs Stagnasi
|
- Puncak dari segala kemampuan yang
dimilki
- Pengetahuannya cukup luas,
kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal–
hal tertentu ia mengalami hambatan
- Cenderung penuh dengan pekerjaan
yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar keluarga.
Selain itu fase ini adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama
- Timbul ketakutan akan ketidak aktifan
dan ketidak bermaknaan diri
- Tugas yang penting di fase ini
adalah meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta
memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang
lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat (generativitas)
- Ketika anak-anak mulai keluar dari
rumah, hubungan interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah
drastic, individu harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila
tidak berhasil di tahap ini, maka akan timbul stagnasi
- Apabila pada fase pertama sampai
dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada fase
ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak
berbuat apa-apa (stagnasi)
|
Tahap Dewasa Akhir
|
55 atau 65 tahun hingga mati
|
Integritas vs Keputus asaan
|
- Jika pada fase-fase sebelumnya
dilewati dengan kegagalan, maka individu cenderung merasakan keputus asaan,
belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna kehidupan. Atau
bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa
dogma yang dianutnyalah yang paling benar
- Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
- Fase ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri
- Jika pada fase-fase yang telah
dilaluinya di lewatidengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah
memberikan kontribusi pada kehidupan, maka ia akan merasakan integritas.
Kebijaksanaannya tumbuh, menerima keluasan dunia menjelang kematian sebagai
kelengkapan kehidupan
|
- Referensi :
https://suhartoalwachidi.wordpress.com/2015/07/22/psikologi-perkembangan-manusia/
https://mercusuarku.wordpress.com/2008/08/10/perkembangan-manusia/
https://rhenniyhanasj.wordpress.com/2014/05/25/fase-fase-perkembangan-manusia/
http://www.psychologymania.net/2010/03/teori-perkembangan-psikoseksual.html
Tidak ada komentar:
Write komentar