
Sejarah Ilmu Sidik Jari
Dermatoglyphic
berasal dari bahasa yunani yang dibagi menjadi dua kata, yakni derma yang
berarti kulit dan glyph yang berarti ukiran. Ilmu ini mendasarkan pada
teori epidermal atau garis-garisan pada permukaan kulit. Dermatoglyphics adalah
sebuah ilmu yang dihasilkan dari beberapa penelitian, sehingga ilmu ini
meyakini bahwa garis-garis atau gelombang-gelombang yang ada pada permukaan
kulit (jari tangan, jari kaki, telapak tangan dan telapak kaki) mengisyaratkan
DNA dari sel otak atau kondisi genetis seseorang dan potensi kecerdasan
seseorang.
Para ilmuwan yang memberikan banyak sumbangsih dalam
penelitian tentang ilmu dermatologyphic ini
antara lain :
1. John Evangelist Purkinje (1823)
Seorang profesor di Universitas Breslau, Jerman. Beliau
mengklasifikasikan pola sidik jari kedalam 9 kategori dan memberi nama pada
masing-masing kategori, yaitu : arch, tented
arch, ulnar loop, radial loop, peacock’s eye/compound, spiral whorl, elliptical
whorl, circular whorl, and double loop/composite. Meskipun beliau hanya bisa
mengklasifikasikan sidik jari kedalam 9 kategori, tetapi kontibusi beliau
sangat penting untuk penelitian selanjutnya.
2. Hermann Welcker (1856)
Seorang antropolog asal Jerman
dan profesor di Univesitas Halle. Beliau memulai penelitiannya dengan membuat
cetakan tangan kanannya sendiri pada tahun 1856 dan kemudian pada tahun 1897.
3. Sir William Herschel James (1858)
Pegawai Pemerintah Inggris yang bekerja di Bengal. Mengamati
bahwa permukaan tangan itu bergaris-garis, dan bahwa sidik jari tiap orang itu
khas, serta tak berubah.
4. Dr Henry Faulds (1880)
Dr Faulds menerbitkan sebuah artikel dalam Journal Ilmiah,
"nautre" (alam). Dia membahas sidik jari sebagai alat identifikasi
pribadi, dan penggunaan printer tinta sebagai metode untuk mendapatkan sidik
jari tersebut.
5. Sir Francis Galton (1893)
Seorang penulis buku pertama tentang sidik jari. Selain itu
dia juga mampu menerapkan metode statistik untuk mempelajari perbedaan manusia
dan warisan kecerdasan. Sebagai penyidik dari pikiran manusia, Sir Galton
mendirikan psikometri (ilmu tentang pengukuran kemampuan mental) &
diferensial psikologi bersama dengan hipotesis leksikal kepribadian. Dia
menemukan cara untuk mengklasifikasi sidik jari yang memberikan kontribusi baik
dalam ilmu forensik.
6. Sir Edward Richard Henry (1894)
Inspektur
Jenderal Polisi untuk Provinsi Bawah, Bengal, berkolaborasi dengan Galton pada
metode klasifikasi sidik jari. Ketika sistem klasifikasi dikembangkan dan
terbukti efektif itu diverifikasi untuk dilakukan review komparatif
antropometri dan sidik jari. Sistem ini bernama Henry Classification System dan itu terbukti menjadi tonggak awal dalam
pemetaan sidik jari.
Sehingga dari
sini dikenal istilah Dactyloscopy, diambil
dari bahasa yunani, dactylos yang
berarti jari jemari/garis jari dan scopein
artinya mengamati atau meneliti. Dari pengertian tersebut kemudian diambillah
sebuah istilah dari bahasa inggris Dactyloscopy
yaitu ilmu penggunaan sidik jari sebagai alat identifikasi yang diperlukan
dalam pelaksana hukum modern. Termasuk didalamnya adalah membersihkan jari
dengan bensin, mengeringkannya, kemudian menggulingkannya ke permukaan gelas
yang telah dilapisi tinta cetak. Selanjutnya jari-jari itu dengan hati-hati di
tempelkan ke kartu hingga menghasilkan cetakan abu-abu terang dengan jarak antara
guratan terbaca jelas sehingga bisa dihitung dan dilacak. Untuk mencari sidik
jari tersembunyi yang ditinggalkan oleh penjahat, dikenal sebagai sidik jari
laten, ahli sidik harus menemukan lokasi sidik, mengawetkan, dan
mengidentifikasi cetakan sidik jari tersebut. Dalam sidik jari laten,
guratan-guratan itu tidak direproduksi dengan tinta, tetapi zat lain seperti
keringat, lemak kotoran, atau bahan-bahan alami lain yang ada pada jari si
penjahat. Kebanyakan sidik jari laten tidak berwarna karenanya perlu dibuat
kasat mata dengan mengoleskan bubuk abu-abu atau hitam yang berisi kandungan
kapur atau jelaga di campur dengan zat lain. Selanjutnya sidik jari laten itu
difoto atau diangkat dengan selotip untuk disimpan sebagai bukti. Hingga tahun
1960 sistem Galton Henry ini digunakan oleh Kepolisian di Indonesia.
7. Dr Harold
Cummins (1926)
Seorang ilmuwan
Amerika, memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengambil ilmu ini ke tingkat
yang lebih tinggi. Ia dikenal sebagai ayah dari analisis sidik jari. Dialah
yang menciptakan istilah Dermatoglyphics
yang berasal dari bahasa yunani, Derma berarti kulit dan Glyph
berarti ukiran. Ilmu ini mendasarkan pada teori epidermal atau garis-garisan
pada permukaan kulit. Bentuk lain dari ilmu sidik jari yang penggunaanya lebih
mengarah kepada kelainan dalam kromosom yang menunjukkan keabnormalan atau
kelainan pada sidik jari penderitanya. Namun bukan
beliau yang menemukan ilmu ini. Hanya saja beliau membangun dan mengumpulkan
dasar-dasar yang telah ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya khususnya
Francis Galton dan HH Wilder. Dia dikenang untuk penelitiannya pada sindrom Down
di mana ia menunjukkan bahwa Dermatoglyphics
dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien-pasien.
8. Sarah B Holt
(1968)
Seorang dokter
dan melakukan studi di bidang pola sidik jari dan menulis sebuah buku berjudul “The Relationship Between Total Ridge Count
And The Variability Of Counts From Finger To Finger”. Dia menyebutkan bahwa
pembentukan Ridge di bulan keempat
janin dan bagaimana perhitungan harus dibuat tentang hal itu.
Sampai sekarang
ilmu tentang sidik jari terus berkembang, dari teknik analisis Sidik Jari
yang awalnya hanya untuk identifkasi fisik, berkembang menjadi teknik
identifikasi psikis (kejiwaan) juga, contohnya DMI
(Dermatoglyphic
Multiple Intellegence) dan Fingerprint
Analysis. Ilmuwan Inggris Sir Francis Galton, sepupu Sir Charles Darwin.
Dia percaya bahwa kepribadian ditentukan oleh bakat-bakat yang dibawa sejak
lahir dan bakat-bakat itu terukir di sidik jari setiap orang. Maka ia
menerbitkan buku “Finger prints” (1888) dan memperkenalkan klasifikasi
sidik jari yang dihubungkan dengan klasifikasi kepribadian. Hasil penelitian
Galton itulah yang mendasari terciptanya Dermatoglyphic Multiple Intellegence dan Fingerprint Analysis.
REFERENSI :
http://sidikjariindonesia.com/sejarah-dermatoglyphics-analisa-sidikjari.html
http://mydna-jaktim.com/2013/06/sejarah-ilmu-dermatoglyphics/
http://www.uniquefingerprint.com/2010/11/sejarah-erkembangan-ilmu.html
http://maisaromanis.wordpress.com/2010/01/08/penemuan-sidik-jari/
http://primagamabogor.blogspot.com/2011/11/penjelasan-dermatoglyphics-multiple.html
http://widhihandoko.com/?p=380
http://gabohong.blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Dermatoglyphics